bmksimeulue
Ketua Baitul Mal Simeulue Sampaikan Khutbah Jumat di Masjid Nurul Huda Air Dingin
15/08/2025 | Wahyu AbadiTema: 80 Tahun Kemerdekaan RI dan Amanah Merawat Perdamaian Aceh
Air Dingin, Simeulue — Ketua Baitul Mal Kabupaten Simeulue, Supriadi menjadi khatib Jumat di Masjid Nurul Huda Air Dingin pada 15 Agustus 2025. Dalam khutbah yang mengangkat tema “80 Tahun Kemerdekaan RI dan Amanah Merawat Perdamaian Aceh”, Supriadi mengajak jamaah untuk merenungi arti kemerdekaan sekaligus pentingnya merawat perdamaian di Aceh.
Kemerdekaan dan Perdamaian: Dua Anugerah Besar
Supriadi mengingatkan bahwa kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 merupakan hasil pengorbanan besar para pejuang, termasuk rakyat Aceh yang menyumbangkan emas untuk membeli pesawat pertama Republik dan mengirim putra-putri terbaik ke medan juang, demi tegaknya merah putih.
Ia juga menyoroti momen bersejarah bagi Aceh pada 15 Agustus 2005, ketika Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki ditandatangani antara Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka, mengakhiri konflik bersenjata selama lebih dari tiga dekade.
“Perdamaian yang kita nikmati bukan hadiah instan. Ia lahir dari dialog, pengorbanan, dan kesediaan meninggalkan dendam demi masa depan yang lebih baik,” tegas Supriadi.
Lima Pesan Penting untuk Aceh
Dalam khutbahnya, Supriadi menyampaikan lima pesan utama untuk mengisi kemerdekaan dan memperkuat perdamaian Aceh:
Syukuri kemerdekaan dengan menjaga persatuan dan menghindari perpecahan.
Rawat perdamaian sebagai anugerah yang lahir dari dialog dan kesabaran.
Bangun keadilan dan kesejahteraan bersama melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Pertahankan nilai luhur dan identitas budaya Islam Aceh sebagai benteng moral generasi penerus.
Perkuat peran generasi muda sebagai pelopor perdamaian, bukan sekadar penonton sejarah.
Kemerdekaan dan Perdamaian Harus Utuh
Supriadi menutup khutbah dengan pesan mendalam bahwa kemerdekaan dan perdamaian adalah dua hal yang tak terpisahkan.
“Kemerdekaan tanpa perdamaian hanyalah setengah nikmat, dan perdamaian tanpa kemerdekaan hanyalah setengah kebebasan. Aceh membutuhkan keduanya secara utuh hari ini, esok, dan selamanya,” pungkasnya.
