BMK Simeulue

Ketua Baitul Mal Simeulue Sampaikan Khutbah di Masjid Agung Tgk. Khalilullah, Ajak Jamaah Berdayakan Kaum Lemah

22/08/2025 | Wahyu Abadi

Sinabang – Ketua Baitul Mal Kabupaten Simeulue, Supriadi Mohammad Atam, bertindak sebagai khatib pada pelaksanaan Shalat Jumat di Masjid Agung Tgk. Khalilullah, Sinabang, Jumat (22/8/2025). Dalam khutbahnya, Supriadi mengangkat tema “Pemberdayaan Kaum Lemah melalui Filantropi Islam dan Semangat Kemerdekaan”, yang disampaikan bertepatan dengan momentum peringatan 80 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

Dalam khutbahnya, Supriadi mengingatkan jamaah bahwa kemerdekaan adalah karunia besar Allah SWT yang harus disyukuri. Namun, ia menegaskan bahwa syukur sejati bukan sekadar upacara atau simbolis, melainkan diwujudkan dalam upaya memahami makna kemerdekaan yang sebenarnya. “Apakah kemerdekaan ini sudah dirasakan sepenuhnya oleh seluruh rakyat Indonesia? Masih banyak saudara kita yang terjebak dalam kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Itulah wajah lain dari Indonesia yang perjuangannya belum selesai,” tegasnya.

Mengutip firman Allah dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 19, Supriadi menjelaskan bahwa dalam harta orang kaya terdapat hak kaum miskin, baik yang meminta maupun yang tidak berani meminta karena menjaga harga diri. Hal ini, menurutnya, menjadi dasar filantropi Islam yang menegaskan bahwa zakat dan sedekah bukan sekadar pemberian, melainkan kewajiban sosial yang harus ditunaikan.

Lebih lanjut, ia mencontohkan teladan Rasulullah SAW dalam kisah seorang Anshar yang meminta bantuan, namun justru diajarkan untuk bekerja dengan kapak dan mencari kayu bakar. Dari kisah tersebut, Supriadi menekankan pentingnya pemberdayaan, bukan sekadar memberi bantuan konsumtif. “Rasulullah tidak hanya memberi ikan, tapi mengajarkan cara memancing. Inilah inti dari pemberdayaan kaum dhuafa,” ujarnya.

Dalam khutbahnya, Supriadi juga menekankan tiga pilar utama pemberdayaan umat dalam semangat kemerdekaan, yakni:

1. Filantropi Islam sebagai Fondasi melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

2. Pemberdayaan Kaum Dhuafa lewat pendidikan, pelatihan, dan modal usaha agar mandiri.

3. Semangat Kemerdekaan dalam Gotong Royong, yaitu kolaborasi seluruh elemen bangsa untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan dan ketidakadilan.

Di akhir khutbahnya, Supriadi mengajak jamaah untuk menjadikan momentum 80 tahun kemerdekaan sebagai titik balik memperkuat komitmen pemberdayaan. “Kemerdekaan sejati adalah ketika rakyat bisa hidup bermartabat, berdaya, dan mandiri. Mari jadikan zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebagai sarana pemberdayaan umat, serta hidupkan semangat gotong royong menuju Simeulue Ate Fulawan yang bermartabat, baldatun thayyibatun warabbun ghafur,” pungkasnya.

KABUPATEN SIMEULUE

Copyright © 2025 BAZNAS

Kebijakan Privasi   |   Syarat & Ketentuan   |   FAQ  |   2.2.12